MAKALAH
SASTRA INDONESIA
“CERPEN”
SASTRA INDONESIA
“CERPEN”
Di Susun oleh
Nama : Koko
Sadewo
Kelas : XI Bahasa
No : 8
Kelas : XI Bahasa
No : 8
SMA Negeri 2 Ungaran
Tahun Pelajaran 2012 / 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis, sehingga
penulis berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “SASTRA INDONESIA (CERPEN)”.
Makalah ini berisikan informasi tentang
Cerpen atau lebih khususnya membahsa tentang, pengertian Cerpen, ciri – ciri
Cerpen, unsur – unsur Cerpen, jenis – jenis Cerpen dan tips & trik membuat
cerpen.
Makalah ini juga merupakan tugas untuk
mendapatkan nilai yang baik di Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) di SMA Negeri 2 Ungaran.
Harapan penulis semoga makalah ini membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,dan penulis berharap
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun,
sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Ungaran,
30 September 2012
Koko
Sadewo
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................
1
KATA PENGANTAR....................................................................................
2
DAFTAR
ISI..................................................................................................
3
Bab 1.
Pendahuluan
TUJUAN.........................................................................................................
4
LATAR
BELAKANG....................................................................................
5
RUMUSAN
MASALAH................................................................................
6
Bab 2.
Isi
A. PENGERTIAN
CERPEN.........................................................................
7
B. JENIS JENIS
CERPEN............................................................................
9
C. ALIRAN ALIRAN
CERPEN.................................................................. 10
D. CIRI CIRI
CERPEN................................................................................
13
E. UNSUR UNSUR
CERPEN..................................................................... 14
F. CONTOH
CERPEN................................................................................
16
Bab 3.
Penutup
SIMPULAN DAN
SARAN..........................................................................
22
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
23
TUJUAN
Tujuan
pembuatan Makalah ini adalah untuk memberikan informasi, dan menambah wawasan
pembaca mengenai Sastra Indonesia yang terlebih pada pokok bahasan “CERPEN”.
Selain itu tujuan lain adalah untuk menyelesaikan tugas dari guru Mata
Pelajaran TIK. Dan untuk mendapatkan nilai yang baik.
BAB 1. PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen
adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung
pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian
modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses
mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas
dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai
jenis.
Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang
digambarkan singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan paralel pada
tradisi penceritaan lisan. Dengan munculnya novel yang realistis, cerita pendek
berkembang sebagai sebuah miniatur.
Cerita pendek cenderung
kurang kompleks dibandingkan dengan novel. Cerita pendek biasanya memusatkan
perhatian pada satu kejadian, mempunyai satu plot, setting yang tunggal, jumlah
tokoh yang terbatas, mencakup jangka waktu yang singkat.
Dalam bentuk-bentuk fiksi yang lebih panjang,
ceritanya cenderung memuat unsur-unsur inti tertentu dari struktur
dramatis: eksposisi (pengantar setting, situasi dan tokoh
utamanya); komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang memperkenalkan konflik);
aksi yang meningkat, krisis (saat yang menentukan bagi si tokoh utama dan
komitmen mereka terhadap suatu langkah); klimaks (titik minat tertinggi dalam
pengertian konflik dan titik cerita yang mengandung aksi terbanyak atau
terpenting); penyelesaian (bagian cerita di mana konflik dipecahkan); dan
moralnya.
Karena pendek, cerita-cerita pendek dapat
memuat pola ini atau mungkin pula tidak. Sebagai contoh, cerita-cerita pendek
modern hanya sesekali mengandung eksposisi. Yang lebih umum adalah awal yang
mendadak, dengan cerita yang dimulai di tengah aksi. Seperti dalam
cerita-cerita yang lebih panjang, plot dari cerita pendek juga mengandung
klimaks, atau titik balik. Namun demikian, akhir dari banyak cerita pendek
biasanya mendadak dan terbuka dan dapat mengandung (atau dapat pula tidak)
pesan moral atau pelajaran praktis. Seperti banyak bentuk seni
manapun, ciri khas dari sebuah cerita pendek berbeda-beda menurut pengarangnya.
RUMUSAN MASALAH
Dari
uraian latar belakang diatas dapat diambil suatu perumusan masalah yaitu
Bagaimana membuat sebuah cerpen yang baik dan benar sesuai dengan aturan dan
unsur – unsurnya.
BATASAN MASALAH
Agar
pembahasan tidak menyimpang dari pokok perumusan masalah yang ada, maka saya
membatasi permasalahan pada :
1. Pengertian Cerpen
2. Jenis – jenis Cerpen
3. Aliran – aliran Cerpen
4. Ciri -
ciri Cerpen
5. Unsur – unsur Cerpen
BAB 2. ISI
A. PENGERTIAN CERPEN
PENGERTIAN
CERPEN SECARA UMUM
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen
adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung
pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian
modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses
mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas
dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai
jenis.
Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang
digambarkan singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan paralel pada
tradisi penceritaan lisan. Dengan munculnya novel yang realistis, cerita pendek
berkembang sebagai sebuah miniatur.
Cerita pendek cenderung
kurang kompleks dibandingkan dengan novel. Cerita pendek biasanya memusatkan
perhatian pada satu kejadian, mempunyai satu plot, setting yang tunggal, jumlah
tokoh yang terbatas, mencakup jangka waktu yang singkat.
Dalam bentuk-bentuk fiksi yang lebih panjang,
ceritanya cenderung memuat unsur-unsur inti tertentu dari struktur
dramatis: eksposisi (pengantar setting, situasi dan tokoh
utamanya); komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang memperkenalkan konflik);
aksi yang meningkat, krisis (saat yang menentukan bagi si tokoh utama dan
komitmen mereka terhadap suatu langkah); klimaks (titik minat tertinggi dalam
pengertian konflik dan titik cerita yang mengandung aksi terbanyak atau
terpenting); penyelesaian (bagian cerita di mana konflik dipecahkan); dan
moralnya.
Karena pendek, cerita-cerita pendek dapat
memuat pola ini atau mungkin pula tidak. Sebagai contoh, cerita-cerita pendek
modern hanya sesekali mengandung eksposisi. Yang lebih umum adalah awal yang
mendadak, dengan cerita yang dimulai di tengah aksi. Seperti dalam
cerita-cerita yang lebih panjang, plot dari cerita pendek juga mengandung
klimaks, atau titik balik. Namun demikian, akhir dari banyak cerita pendek
biasanya mendadak dan terbuka dan dapat mengandung (atau dapat pula tidak)
pesan moral atau pelajaran praktis. Seperti banyak bentuk seni
manapun, ciri khas dari sebuah cerita pendek berbeda-beda menurut pengarangnya.
PENGERTIAN CERPEN MENURUT PARA AHLI
·
H.B. Jassin –Sang Paus Sastra Indonesia-
mengatakan bahwa yang disebut cerita pendek harus memiliki bagian perkenalan,
pertikaian, dan penyelesaian.
·
A. Bakar Hamid dalam tulisan “Pengertian
Cerpen” berpendapat bahwa yang disebut cerita pendek itu harus dilihat dari
kuantitas, yaitu banyaknya perkataan yang dipakai: antara 500-20.000 kata,
adanya satu plot, adanya satu watak, dan adanya satu kesan.
·
Aoh. KH, mendefinisikan bahwa cerpen adalah
salah satu ragam fiksi atau cerita rekaan yang sering disebut kisahan prosa
pendek.
·
Allan Poe dalam Nurgiyantoro dalam Regina
Bernadette, Cerita pendek diartikan sebagai bacaan singkat, yang dapat dibaca
sekali duduk, dalam waktu setengah sampai dua jam, genrenya mempunyai efek
tunggal, karakter, plot dan setting yang terbatas, tidak beragam dan tidak
kompleks (Pengarang cerpen tidak melukiskan seluk beluk kehidupan tokohnya
secara menyeluruh, melainkan hanya menampilkan bagian – bagian penting
kehidupan tokoh yang berfungsi untuk mendukung cerita tersebut yang juga
bertujuan untuk menghemat penulisan cerita karena terbatasnya ruang yang ada.
·
Turayev dalam Regina Bernadette mengatakan
bahwa, Cerita pendek bentuk karya sastra naratif, yang menampilkan cerminan
sebuah episode dalam kehidupan seorang tokoh. Jadi, secara lebih luas dapat
dikatakan bahwa penulis cerpen menampilkan jumlah tokoh yang terbatas, tidak
ada perkembangan karakter tokoh dan tidak memiliki latar seperti apa yang
terdapat dalam novel.
·
Menurut Susanto dalam Tarigan, cerita pendek
adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman
kuarto spasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.
·
Sumardjo dan Saini mengatakan bahwa cerita
pendek adalah cerita atau parasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif
(tidak benar-benar terjadi tetapi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja,
serta relatif pendek).
Dari berbagai pendapat para ahli,
rumusan-rumusan tersebut tidak sama persis, juga tidak saling bertentangan satu
sama lain. Hampir semuanya menyepakati pada satu kesimpulan bahwa cerita pendek
atau cerpen adalah cerita rekaan yang pendek. Cerpen merupakan akronim dari
cerita pendek. Karya sastra merupakan wujud dan bentuk dari perilaku yang
diciptakan, contoh karya sastra yang sederhana adalah cerpen. Cerpen merupakan
karya sastra yang menarik dan sederhana. Menceritakan sebuah konflik
secara singkat dan lugas, namun memiliki unsur-unsur sastra yang menarik.
B.
JENIS – JENIS CERPEN
JENIS CERPEN BERDASARKAN JUMLAH KATANYA
Berdasarkan jumlah katanya,
cerpen dipatok sebagai karya sastra berbentuk prosa fiksi dengan jumlah kata
berkisar antara 750-10.000 kata. Berdasarkan jumlah katanya, cerpen dapat
dibedakan menjadi 3 tipe, yakni:
1. Cerpen mini (flash),
cerpen dengan jumlah kata antara 750-1.000 buah.
2. Cerpen yang ideal, cerpen dengan jumlah kata antara 3.000-4000 buah.
3. Cerpen panjang, cerpen yang jumlah katanya mencapai angka 10.000 buah.
2. Cerpen yang ideal, cerpen dengan jumlah kata antara 3.000-4000 buah.
3. Cerpen panjang, cerpen yang jumlah katanya mencapai angka 10.000 buah.
JENIS
CERPEN BERDASARKAN TEKHNIK MENGARANGNYA
1. Cerpen sempurna (well made short-story),
cerpen yang terfokus pada satu tema dengan plot yang sangat jelas, dan ending
yang mudah dipahami. Cerpen jenis ini pada umumnya bersifat konvensional dan
berdasar pada realitas (fakta). Cerpen jenis ini biasanya enak dibaca dan mudah
dipahami isinya. Pembaca awam bisa membacanya dalam tempo kurang dari satu
jam
2. Cerpen tak utuh (slice
of life short-story), cerpen yang tidak terfokus pada satu tema (temanya
terpencar-pencar), plot (alurnya) tidak terstruktur, dan kadang-kadang dibuat
mengambang oleh cerpenisnya. Cerpen jenis ini pada umumnya bersifat
kontemporer, dan ditulis berdasarkan ide-ide atau gagasan-gagasan yang
orisinal, sehingga lajim disebut sebagai cerpen ide (cerpen gagasan). Cerpen
jenis ini sulit sekali dipahami oleh para pembaca awam sastra, harus dibaca berulang
kali baru dapat dipahami sebagaimana mestinya. Para pembaca awam sastra
menyebutnya cerpen kental atau cerpen berat.
C. ALIRAN – ALIRAN CERITA
PENDEK
Aliran-aliran
cerita pendek merupakan filosofi dasar yang mencirikan pengucapan
sastra seorang sastrawan. Hingga kini telah dikenal puluhan aliran jenis jenis
cerita pendek. Berikut adalah beberapa di antaranya :
1.Realisme
Adalah aliran dalam kesusastraan yang melukiskan suatu keadaan secara sesungguhnya. HB Jasssin menjelaskan dalam realisme digambarkan keadaan seperti yang sebenarnya yang terlihat oleh mata. Pengarang melukiskan dengan teliti tanpa prasangka, tanpa tercampur tafsiran, tidak memaksakan kehendaknya sendiri terhadap pelaku dan pembacanya. Pengarang sendiri berada di luar tanpa ikut campur dalam cerita. Ia sebagai penonton yang obyektif. Tidak melukiskan lebih bagus atau lebih jelek dari kenyataan. Realisme muncul pada abad ke 18 tapi baru berkembang pada abad 19 dan awal abad 20. Kaum realis menentang romantisme yang mereka anggap cengeng dan berlebihan. Kaum realis lebih memilih tokoh-tokoh sederhana dan umum. Hal-hal bersifat ideal ditolak. Itulah sebabnya karya realisme banyak berkisar pada golongan masyarakat bawah, seperti kaum tani, buruh, gelandangan, pelacur, gangster,dsb.
2. Impresionisme
Impresi berarti kesan. Jadi impresionisme adalah pelahiran kembali kesan-kesan sang pengarang terhadap sesuatu yang dilihatnya. Sebagaimana kesan, ia biasanya sepintas lalu. Menurut Dr. JS Badudu, pengarang tak akan melukiskannya sampai sekecil-kecilnya seperti realisme dan naturalisme. Akan tetapi spontanitas dari penglihatan pertama yang dilukiskan, karena kesan itulah yang tetap melekat.
3. Naturalisme
Sebenarnya merupakan cabang realisme. JIka realisme menyajikan hal-hal yang nyata dalam kehidupan sehari-hari, naturalisme cenderung melukiskan segala kenyataan yang ada tanpa memilih, atau menyeleksinya. Apa yang tampak dan dirasakan itu juga yang dinyatakan. Oleh sebab itu naturalisme cenderung melukiskan segala yang buruk, jorok bahkan pornografis. Juga melukiskan kritik sosial secara tajam. Naturalisme amat mementingkan alam semesta, seperti pengertian awalnya bahwa natura adalah alam. Tokoh-tokoh naturalisme mengungkapkan aspek-aspek alam semesta yang bersifat fatalis dan mekanis. Ia juga mementingkan gerak dan aktivitas manusia yang mewujudkan kebendaan serta kehidupan moral yang rendah.
1.Realisme
Adalah aliran dalam kesusastraan yang melukiskan suatu keadaan secara sesungguhnya. HB Jasssin menjelaskan dalam realisme digambarkan keadaan seperti yang sebenarnya yang terlihat oleh mata. Pengarang melukiskan dengan teliti tanpa prasangka, tanpa tercampur tafsiran, tidak memaksakan kehendaknya sendiri terhadap pelaku dan pembacanya. Pengarang sendiri berada di luar tanpa ikut campur dalam cerita. Ia sebagai penonton yang obyektif. Tidak melukiskan lebih bagus atau lebih jelek dari kenyataan. Realisme muncul pada abad ke 18 tapi baru berkembang pada abad 19 dan awal abad 20. Kaum realis menentang romantisme yang mereka anggap cengeng dan berlebihan. Kaum realis lebih memilih tokoh-tokoh sederhana dan umum. Hal-hal bersifat ideal ditolak. Itulah sebabnya karya realisme banyak berkisar pada golongan masyarakat bawah, seperti kaum tani, buruh, gelandangan, pelacur, gangster,dsb.
2. Impresionisme
Impresi berarti kesan. Jadi impresionisme adalah pelahiran kembali kesan-kesan sang pengarang terhadap sesuatu yang dilihatnya. Sebagaimana kesan, ia biasanya sepintas lalu. Menurut Dr. JS Badudu, pengarang tak akan melukiskannya sampai sekecil-kecilnya seperti realisme dan naturalisme. Akan tetapi spontanitas dari penglihatan pertama yang dilukiskan, karena kesan itulah yang tetap melekat.
3. Naturalisme
Sebenarnya merupakan cabang realisme. JIka realisme menyajikan hal-hal yang nyata dalam kehidupan sehari-hari, naturalisme cenderung melukiskan segala kenyataan yang ada tanpa memilih, atau menyeleksinya. Apa yang tampak dan dirasakan itu juga yang dinyatakan. Oleh sebab itu naturalisme cenderung melukiskan segala yang buruk, jorok bahkan pornografis. Juga melukiskan kritik sosial secara tajam. Naturalisme amat mementingkan alam semesta, seperti pengertian awalnya bahwa natura adalah alam. Tokoh-tokoh naturalisme mengungkapkan aspek-aspek alam semesta yang bersifat fatalis dan mekanis. Ia juga mementingkan gerak dan aktivitas manusia yang mewujudkan kebendaan serta kehidupan moral yang rendah.
4.Neonaturalisme
Berarti naturalisme baru, yaitu bentuk lanjutan naturalisme. Aliran ini merangkum realisme dan naturalisme. Yaitu disamping melukiskan hal-hal yang buruk juga kenyataan yang baik. Itu sebabnya ia dikatakan melukiskan kenyataan yang obyektif. Fiksi awal sastra Indonesia tampil dalam bentuk realisme yang kuat, melukiskan aspek kehidupan secara nyata dan langsung. Dalam perkembangannya realisme kurang memuaskan sehingga dalam
banyak hal naturalisme lebih mampu menyatakan ekspresi jiwa pengarang. Akan tetapi naturalisme pun kurang memuaskan sehingga membutuhkan satu bentuk ekspresi yang lebih ekstrem yaitu neonaturalisme.
5. Determinisme
Merupakan cabang dari naturalisme, yaitu aliran kesusasteraan yang menekankan pada takdir. Takdir ini ditentukan oleh unsur biologis dan lingkungan. Berasal dari kata to determine yang berarti menentukan atau paksaan nasib. Dr. Js. Badudu mengatakan bukan nasib yang ditentukan oleh Tuhan melainkan nasib yang ditentukan oleh keadaan masyarakat sekitar, seperti kemiskinan,penyakit keturunan, dan kesulitan akibat perang. Inti pokoknya adalah penderitaan seseorang. Jahatkah, melaratkah, penyakitankah, bukan karena takdir Tuhan namun karena lingkungan yang buruk. Penganutnya berangkat dari paham materialisme dan karenanya tidak percaya bahwa Tuhanlah yang menakdirkan demikian. Contoh : Tokoh Yah dalam Belenggu, Armijn Pane. Neraka Dunia, Katak hendak jadi Lembu - Nur St Iskandar. Pada Sebuah kapal - NH Dini, Atheis Achdiat K Mihardja.
6. Ekspresionisme
Dijelaskan oleh Dr. HB Jassin bahwa sampainya orang pada aliran ekspresionisme karena manusia dengan jiwanya yang paling dalam cuma bisa dilukiskan oleh seniman yang mengenali manusia itu sampai pada pikiran dan perasaannya yang paling dalam, kesedihan dan kesengsaraannya,ketinggian rasa susila, dan kerendahan hawa nafsunya. Untuk melahirkan manusia yang sebenarnya , si pengarang harus seolah-olah masuk ke dalam tokoh-tokohnya, dan ia tak bisa meniadakan dirinya sama sekali, tapi turut aktif dalam jiwa tokoh itu. Pada mulanya ia sebagai penonton pasif, yaitu melihatnya secara obyektif tapi kemudian menjadi aktif sebagai pemain yang subyektif yang turut menyatakan dirinya. Maka sampailah ia pada ekspresi yaitu pengucapan jiwanya yang melahirkan ekspresionisme.
7. Romantisme
Mengutamakan perasaan. Ada anggapan romantisme adalah penyakit kaum muda yang belum banyak mengecap pengalaman dunia. Mereka mengukur segalanya dengan intuisi dan perasaan tanpa menggunakan otak. Oleh sebab itu romantisme bisa dikatakan aliran yang mementingkan penggunaan bahasa
yang indah, mengawang ke alam mimpi. karya romantisme ada yang cengeng, yang meluikiskan kecengengan jiwa remaja yang berlagu tentang kecerahan bulan, menyanyi di lindungan pohon dengan beribu bunga di taman indah permai. Ada pula karya romatisme yang dewasa karena ditempa oleh pengalaman dan pengetahuan yang bila dituangkan dalam karya sastra bisa sangat mengharukan. Karya Shakespeare, Romeo dan Yuliet, misalnya adalah karya yang agung. Demikian pula Les Mirables, karya Victor Hugo. Juga Daniel Defoe (1660-1731)
8. Idealisme
Drs. sabarudin ahmad dalam pengantar sastra Indonesia (Medan, Saiful 1975) mengatakan bahwa aliran idealisme adalah aliran romantik yang mendasarkan cita-citanya pada cita-cita si penulis atau kepada ide pengarang semata. Pengarang idealis mememandang jauh ke depan ke masa datang dengan segala kemungkinan yang sangat diharapkan akan terjadi. Jadi tak ubahnya ramalan indah dari seorang penulis. Lukisan yang idealisme sudah tentu umumnya indah dan menawan. Contoh Tokoh Tuli dalam layar Terkembang. Merasa mampu mewujudkan cita-citanya mengangkat harkat martabat kaum wanita sebagai mana dicita-citakan RA Kartini. Umumnya fiksi Indonesia seblum perang banyak yang menunjukkan idealisme kuat, seperti Siti Nurbaya, Pertemuan Jodoh, Katak hendak jadi lembu.
9. Surealisme
Muncul di Prancis antara PD I dan PD II. Tokoh surealis berusaha menggambarkan suatu dunia mimpi, tapi penafsirannya mereka serahkan pada pembaca atau audiens. Js Badudu mengatakan surealisme .realistasnya bercampur dengan angan-angan. malah angan-angan amat memengaruhi bentuk lukisan. Pelukisan dalam surealisme melompat-lompat .Karena itu amat sulit mengikuti karya surelaisme. Pembaca harus menyatukan dalam pikirannya lukisan yang seakan-akan bertaburan apalagi karena pengarang seakan mengabaikan tata bahasa, pikiran tampak meloncat-loncat,logika seakan hilang , alam benda dan alam pikiran bercampur jadi satu.
D. CIRI – CIRI CERPEN
Masih banyak orang belum
mengetahui ciri-ciri sebuah cerita pendek. Mengenai hal tersebut, di bawah ini
penulis kemukakan ciri-ciri cerita pendek menurut pendapat Sumarjo dan Saini
sebagai berikut:
- Bersifat rekaan (fiction) ;
- Bersifat naratif ; dan
- Memiliki kesan tunggal.
Pendapat lain mengenai
ciri-ciri cerita pendek di kemukakan pula oleh Lubis dalam Tarigan sebagai
berikut.
·
Cerita Pendek harus mengandung interprestasi
pengarang tentang konsepsinya mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
·
Dalam sebuah cerita pendek sebuah insiden
yang terutama menguasai jalan cerita.
·
Cerita pendek harus mempunyai seorang yang
menjadi pelaku atau tokoh utama.
·
Cerita pendek harus satu efek atau kesan yang
menarik.
Menurut Morris dalam Tarigan ciri-ciri cerita
pendek adalah sebagai berikut.
- Ciri-ciri utama cerita pendek adalah singkat, padu, dan intensif (brevity, unity, and intensity).
- Unsur-unsur cerita pendek adalah adegan, toko, dan gerak (scena, character, and action).
- Bahasa cerita pendek harus tajam, sugestif, dan menarik perhatian (incicive, suggestive, and alert).
E. UNSUR – UNSUR CERPEN
Setiap cerpen memiliki
unsur – unsur, sementara itu unsur cerpen di bagi menjadi dua, yaitu :
1. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun
karya itu sendiri. Unsur–unsur intrinsik cerpen mencakup:
- Tema adalah ide pokok sebuah cerita, yang diyakini dan dijadikan sumber cerita.
- Latar(setting) adalah tempat, waktu , suasana yang terdapat dalam cerita. Sebuah cerita harus jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta keadaan ketika cerita berlangsung.
- Alur (plot) adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuah cerita.
Alur dibagi menjadi 3 yaitu:
1.
Alur maju adalah rangkaian peristiwa
yang urutannya sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak ke
depan terus.
2.
Alur mundur adalah rangkaian peristiwa
yang susunannya tidak sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang
bergerak mundur (flashback).
3.
Alur campuran adalah campuran antara
alur maju dan alur mundur.
Alur meliputi beberapa tahap:
1.
Pengantar: bagian cerita berupa
lukisan , waktu, tempat atau kejadian yang merupakan awal cerita.
2.
Penampilan masalah: bagian yang menceritakan
maslah yang dihadapi pelaku cerita.
3.
Puncak ketegangan / klimaks :
masalah dalam cerita sudah sangat gawat, konflik telah memuncak.
4.
Ketegangan menurun / antiklimaks :
masalah telah berangsur–angsur dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang.
5.
Penyelesaian / resolusi :
masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan.
- Perwatakan, menggambarkan watak atau karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat dari tiga segi yaitu melalui:
1.
Dialog tokoh
2.
Penjelasan tokoh
3.
Penggambaran fisik tokoh
- Nilai (amanat) adalah pesan atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita.
- Sudut Pandang
(Point of View)
adalah cara pengarang menceritakan tentang tokoh.
Sudut pandang dibagi menjadi 2
˃ Sudut Pandang orang pertama ( Aku, Saya, Dia, Kamu, dll )
˃Sudut Pandang orang ketiga ( Nama Orang). - Gaya Bahasa adalah cara pengarang membahasakan cerita.
2. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang
berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan
atau sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik meliputi:
- Nilai-nilai dalam cerita (agama, budaya, politik, ekonomi)
- Latar belakang kehidupan pengarang
- Situasi sosial ketika cerita itu diciptakan
F. CONTOH CERPEN
Anak Kebanggaan
Goresan Tinta AA Navis
Semua orang, tua-muda, besar-kecil,
memanggilnya Ompi. Hatinya akan kecil bila di panggil lain. Dan semua orang tak
hendak mengecilkan hati orang tua itu. Di waktu mudanya Ompi menjadi klerk di
kantor Residen. Maka sempatlah ia mengumpulkan harta yang lumayang banyaknya.
Semenjak istrinya meninggal dua belas tahun berselang, perhatiannya tertumpah
kepada anak tunggalnya, laki-laki.Mula-mula si anak di namainya Edward. Tapi
karena raja Inggris itu turun takhta karena perempuan, ditukarnya nama Edward jadi
Ismail. Sesuai dengan nama kerajaan Mesir yang pertama. Ketika tersiar pula
kabar, bahwa ada seorang Ismail terhukum karena maling dan membunuh, Ompi naik
pitam. Nama anaknya seolah ikut tercemar. Dan ia merasa terhina. Dan pada suatu
hari yang terpilih menurut kepercayaan orang tua-tua, yakin ketika bulan sedang
mengambang naik, Ompi mengadakan kenduri. Maka jadilah Ismail menjadi Indra
Budiman. Namun si anak ketagihan dengan nama yang dicarinya sendiri, Eddy. Ompi
jadi jengkel. Tapi karena sayang sama anak, ia terima juga nama itu, asal
ditambah di belakangnya dengan Indra Budiman itu. Tak beralih lagi. Namun dalam
hati Ompi masih mengangankan suatu tambahan nama lagi di muka nama anaknya yang
sekarang. Calon dari nama tambahan itu banyak sekali. Dan salah satunya harus
dicapai tanpa peduli kekayaan akan punah. Tapi itu tak dapat dicapai dengan
kenduri saja. Masa dan keadaanlah yang menentukan. Ompi yakin, masa itu pasti
akan datang. Dan ia menunggu dengan hati yang disabar-sabarkan. Pada suatu hari
yang gilang gemilang, angan-angannya pasti menjadi kenyataan. Dia yakin itu,
bahwa Indra Budimannya akan mendapat nama tambahan dokter di muka namanya
sekarang. Atau salah satu titel yang mentereng lainnya. Ketika Ompi mulai
mengangankan nama tambahan itu, diambilnya kertas dan potlot. Di tulisnya nama
anaknya, dr. Indra Budiman. Dan Ompi merasa bahagia sekali. Ia yakinkan kepada
para tetangganya akan cita-citanya yang pasti tercapai itu. "Ah, aku lebih
merasa berduka cita lagi, karena belum sanggup menghindarkan kemalangan ini.
Coba kalau anakku, Indra Budiman, sudah jadi dokter, si mati ini akan pasti
dapat tertolong," katanya bila ada orang meninggal setelah lama menderita
sakit. Dan kalau Ompi melihat ada orang membuat rumah, lalu ia berkata, "Ah
sayang.Rumah-rumah orang kita masih kuno arsitekturnya. Coba kalau anakku,
Indra Budiman, sudah menjadi insinyur, pastilah ia akan membantu mereka membuat
rumah yang lebih indah." Semenjak Indra Budiman berangkat ke Jakarta, Ompi
bertambah yakin, bahwa setahun demi setahun segala cita-citanya tercapai pasti.
Dan benarlah.
Ternyata setiap semester Indra Budiman
mengirim rapor sekolahnya dengan angka-angka yang baik sekali. Dan setiap tahun
ia naik kelas. Hanya dalam tempo dua tahun, Indra Budiman menamatkan pelajarannya
di SMA seraya mengantungi ijazah yang berangka baik. Ketika Ompi membaca surat
anaknya yang memberitakan kemajuannya itu, air mata Ompi berlinang kegembiraan.
"Ah, Anakku," katanya pada diri sendiri, "Aku bangga, Anakku.
Baik engkau jadi dokter. Karena orang lebih banyak memerlukanmu. Dengan begitu
kau disegani orang. Oooo, perkara uang? Mengapa tiga ribu, lima ribu akan
kukirim, Anakku. Mengapa tidak?" Dan semenjak itu Ompi kurang punya
kesabaran oleh kelambatan jalan hari. Seperti calon pengantin yang sedang
menunggu hari perkawinan. Tapi semua orang tahu, bahkan tidak menjadi rahasia
lagi bahwa cita-cita Ompi hanyalah akan menjadi mimpi semata. Namun orang harus
bagaimana mengatakannya, kalau orang tua itu tak hendak percaya. Malah ia
memaki dan menuduh semua manusia iri hati akan
kemajuan yang di capai anaknya. Dan segera ia
mengirim uang lebih banyak, tanpa memikirkan segala akibatnya. Dan itu hanya
semata untuk menantang omongan yang membusukkan nama baik anaknya.
"Sekarang kau diomongi orang-orang yang busuk mulut, Anakku. Tapi ayah
mengerti, kalau mereka memfitnahmu itu karena mereka iri pada hidupmu yang
mentereng. Cepat-cepatlah kau jadi dokter, biar kita sumpal mulut mereka yang
jahat itu," tulisnya dalam sepucuk surat. Dan akhirnya orang jadi kasihan
pada Ompi. Tak seorang pun lagi membicarakan Indra Budiman padanya. Malah
sebaliknya kini, semua orang seolah sepakat saja untuk memuji-muji. "Ooo,
anak Ompi itu. Bukan main dia. Kalau tidak ke sekolah, tentu menghafal di
rumah," kata seseorang yang baru pulang dari Jakarta menjawab tanya Ompi.
"Ke sekolah? Kenapa ke sekolah dia?" Ompi merasa tersinggung.
"Kalau studen tidak menghafal, tahu? Tapi studi. Tidak ke sekolah. Tapi
kuliah." "O, ya, ya, Ompi. Itulah yang kumaksud." "Aku
sudah kira Indra Budiman, anakku anak baik. Ia pasti berhasil. Aku bangga
sekali. Ah, kau datanglah ke rumahku makan siang. Aku potong ayam." Dan
oleh perantau pulang lainnya dikatakan kepada Ompi. "Siapa yang tak
kenaldia. Indra Budiman. Seluruh Jakarta
kenal. Seluruh gadis mengharap cintanya." Lalu Ompi geleng-geleng kepala
dengan senyumnya. "Bukan main. Bukan main. Indra Budiman anakku itu. Ia
memang anak tampan. Perempuan mana yang tak tergila-gila kepadanya. Ha ha ha.
Ah, datanglah kau ke rumahku nanti. Ada oleholeh buatmu." Kemudian kalau
Ompi ketemu gadis cantik yang di kenalnya, ditegurnya: "Hai, kaukenal
anakku, studen dokter itu, bukan? Nanti kalau ia pulang, aku perkenalkan
padamu. Biar kau dipinangnya. Ha ha ha." Si gadis tentu saja merah
mukanya, karena merasa tersinggung. Tapi menurut Ompi, muka merah itu karena
malu tersipu. Dan ia jadi tambah gembira. Akan tetapi ketika Ompi tahu aku
bakal kawin, dia dapat ilham baru. Dia pun merasa pula, bahwa Indra Budiman
sudah patut di tunangkan.
Dan pada sangkanya, tentu Indra Budiman akan
gembira dan bertambah rajin menuntut ilmu, sebagai imbangan budi baik ayahnya
yang tak pernah melupakan segala kebutuhan anaknya. Dan diharapkannya pula
kedatangan orang-orang meminang Indra Budimannya. Karena di kampung kami pihak
perempuanlah yang datang meminang. Sudah tentu harapan Ompi tinggal harapan
saja. Tapi Ompi tak mau mengerti. Sikap keangkuhannya mudah tersinggung. Dan
bencinya bukan kepalang kepada orang-orang tua yang
mempunyai anak gadis cantik. Bahkan bukan
kepalang meradangnya Ompi, jika ia tahu orang-orang mengawinkan anak gadisnya
yang cantik tanpa mempedulikan Indra Budiman lebih dulu. Tak masuk akal,
orang-orang tak menginginkan anaknya, si calon dokter itu. Lama-lama rasa
dendamnya pada mereka bagai membara. "Awaslah nanti. Kalau Indra Budimanku
sudah menjadi dokter, akan kuludahi mukamu semua. Sombong." Kepada Indra
Budiman tak dikatakannya kemarahannya itu. Malah sebaliknya. Dikatakannya,
banyak sudah orang yang punya gadis cantik datang meminang. Tapi semua telah ditolak.
Karena menurut keyakinannya, Indra Budimannya lebih mementingkan studi daripada
perempuan. Apalagi seorang studen dokter tentu takkan mau dengan gadis
kampungan yang kolot lagi. "Pilihlah saja gadis di Jakarta,
Anakku. Gadis yang sederajat dengan titelmu
kelak," penutup suratnya. Celakanya Indra Budiman yang selama ini
menyangka bahwa tak mungkin ia dimaui oleh orang kampungnya, lantas jadi
membalik pikirannya. Ia jadi sungguh percaya, bahwa sudah banyak orang yang
datang melamarnya. Tak teringat olehnya, bahwa bohongnya kepada ayahnya selama
ini sudah diketahui oleh orang kampungnya. Lupa ia bahwa semua mata orang
kampungnya yang tinggal di Jakarta selalu saja mempercermin hidupnya yang
bejat. Sejak itu berubahlah letak panggung sandiwara. Jika dulu si anak yang
berbohong, si ayah yang percaya, maka kini si ayah yang menipu, si anak yang
percaya. Lalu si anak mengharapkan kepada ayahnya supaya dikirimu foto-foto
gadis yang dicalonkan. Untuk membuktikan kebenaran suratnya, Ompi mengirimkan
foto gadis yang kebetulan ada padanya. Tidak peduli ia, apa foto itu gambar
dari gadis yang sudah kawin atau bertunangan. Bahkan juga tidak peduli ia apa
gadis itu sudah meninggal. Ia kirim terus dengan harapan semoga anaknya tidak
berkenan. Dan alangkah gembiranya Ompi, andaikata tidak ada sebuah pun dari
foto-foto itu yang berkenan di hati anaknya. Disamping itu ia sadar juga, bahwa
kepalsuan sandiwaranya sudah tentu akan berakhir juga pada suatu masa. Anaknya
pasti lama-lama tahu dan dengan begitu akan timbul kesulitan lain yang tak
mudah di selesaikan. Tapi rupanya Tuhan mengasihi ayah yang sayang kepada
anaknya. Persis ketika Ompi kehabisan foto para gadis itu, dengan tiba-tiba
saja surat Indra Budiman tak datang lagi. Antara rusuh dan lega, Ompi gelisah
juga menanti surat dari anaknya. Layaknya macan lapar yang terkurung menunggu
orang memberikan daging. Pasai ia menunggu, dikiriminya surat. Ditunggunya
beberapa hari. Tapi tak datang balasan. Dikiriminya lagi. Ditunggunya. Juga tak
terbalas. Dikirim. Ditunggu. Selalutak berbalas. Bulan datang, bulan pergi,
Ompi tinggal menunggu terus.
Pada suatu hari yang tak baik, di kala Ompi
sudah mulai putus asa, datanglah Pak Pos dengan di tangannya segenggam surat.
Maka darah Ompi kencang berdebar. Gemetar karena ia bahagia. Tetapi alangkah
remuknya hati orang tua itu, karena ternyata pengantar surat itu Cuma
mengantarkan semua surat-suratnya yang dikembalikan. Ia tak percaya bahwa
surat-suratnya itu kembali. Ia seperti merasa bermimpi dan tubuhnya serasa
seringan kapas yang melayang di tiup angin. Dibalikbaliknya surat itu berulang
kali. Lalu di bukanya dan dibacanya satu persatu. Dan tahulah ia, bahwa
semuanya memang surat untuk anaknya yang ia kirimkan dulu. Tapi ia tak
meyakininya dengan sungguh-sungguh. Malah ia coba meyakinkan dirinya sendiri,
bahwa ia sedang bermimpi. Dan berdoalah ia kepada Tuhan, agar apa yang terjadi
adalah memang mimpi. Semenjak itu segalanya jadi tak baik. Ia jatuh sakit,
bahkan sampai mengigau. Dan oleh seleranya yang patah, Ompi bertambah menderita
jua. Lahir dan batin. Kini dalam hidupnya hanya satu hal yang dinantikannya.
Yaitu surat. Surat dari anaknya, Indra Budimannya. Seluruh hidupnya bagai jadi
meredup seperti lampu kemersikan sumbu. Dan ia telentang di ranjangnya, enggan
bergerak. Tapi matanya selalu lebar terbuka memandang langit-langit kelambu.
Mata itu kian hari semakin jadi besar tampaknya oleh badannya yang kian
mengurus. Tapi mata yang lebar itu tiada cemerlang. Redup. Akan tetapi setiap
sore, diantara jam empat dan jam lima, Ompi kelihatan seperti orang sakit yang
bakal sembuh. Dan ia sanggup berdiri dan melangkah ke pintu depan. Dan cahaya
matanya kembali bersinar-sinar. Karena pada jam itu biasanya Pak Pos biasanya
mengantarkan surat-surat ke alamatnya masing-masing. Tapi saat-saat seperti
itu, yang membiarkan masa bahagia dan harapan, adalah juga
masa yang menambah dalam luka hatinya, hingga
lebih meroyak. Sebab selamanya Pak Pos itu tak mampir lagi membawakan surat
dari Indra Budiman. Dan kalau Pak Pos itu telah lewat tanpa singgah, reduplah
lagi mata Ompi.
Namun kemalangan itu bertambah lagi. Yaitu
ketika Ompi jatuh terduduk. Lama orang baru tahu dan memapahnya ke ranjangnya
di kamar. Ompi jadi lumpuh dan habislah sejarah Ompi menanti di ambang pintu
setiap sore. Ia kini menanti dengan telentang di ranjangnya. Sebuah kaca
disuruhnya supaya di pasang pada dinding yang dapat memberi pantulan ke ambang
pintu depan, sehingga ia akan serta-merta dapat melihat Pak Pos mengantarkan
surat Indra Budiman. Dan semenjak itu, pada setiap jam empat hingga jam lima
sore, matanya akan menatap ke kaca itu. Hanya di waktu itu saja. Sedangkan di
waktu lain Ompi seolah tak peduli pada segalanya. Kami tak pernah lagi
memanggil dokter setelah tiga kali ia datang. Karena kedatangan dokter hanya
akan memperdalam luka hatinya saja. Kehadiran dokter itu menimbulkan risau
hatinya karena ingat pada Indra Budiman yang bakal jadi dokter, tapi tak pernah
lagi mengiriminya surat. Kedatangan seorang dokter di pandangnya sebagai suatu
sindiran, bahwa anaknya masih juga belum berhasil menjadikan cita-citanya
tercapai.
Ketika terakhir aku menemui dokter yang sudah
enggan datang, dokter hanya menggelengkan kepala saja. "Aku tak mampu
mengobatinya lagi. Carilah dokter lain saja. Atau bawa ia ke rumah sakit. Kalau
semua tak mungkin, jangan tinggalkan dia sendirian. Bila perlu, meski dengan
resiko besar, bangunkanlah kembali mahligai angan-angannya." Semenjak itu,
berganti-ganti orang aku menyediakan diriku selalu dekat Ompi. Aku sadar, bahwa
tiada harapan lagi buatnya hidup lebih lama. Itulah sebabnya tak kusampaikan
kepadanya bahwa hari perkawinanku sudah berlangsung. Karena aku takut berita
itu akan menambah dalam penderitaannya. Di samping itu secara samar-samar aku
elus terus harapannya yang indah bila Indra Budiman kembali. Kukarang cerita
masa lalu dan angan-angan masa depan yang menyenangkan. Kuceritakan dengan hati
yang kecut. Aku pun tahu, tidak ada gunanya semua. Hanya satu yang
dikehendakinya. Surat dari Indra Budiman. Surat yang mengatakan bahwa ia sudah
lulus dan telah mendapat titel dokterya. Kadang-kadang terniat olehku hendak
menulis sendiri surat itu. Tapi aku selamanya bimbang, malahan takut,
kalau-kalau permainan itu akan berakibat yang lebih fatal. Maka tak pernah aku
coba menulisnya. Pada suatu hari terjadilah apa yang kuduga bakal terjadi. Tapi
tak kuharapkan berlangsungnya. Kulihat Pak Pos memasuki halaman rumah Ompi.
Hari waktu itu jam sebelas siang. Aku tahu itu pastilah bukan surat yang
dibawanya. Melainkan sepucuk telegram. Dan pada telegram itu pastilah
bertengger saat-saat kritis sekali. Tergesa-gesa aku menyongsong Pak Pos itu ke
ambang pintu. Maksudku hendak membuka telegram itu untuk mengetahui isinya
lebih dulu. Dan jika perlu akan kuubah isinya. Agar terelakkan saat-saat yang
menyeramkan. Akan tetapi semua kejadian datang dengan serba tiba-tiba. Hingga
gagallah recanaku. Tak sempat aku membuka surat itu. Karena di luar segala
dugaanku, Ompi yang sudah lumpuh selama ini, telah berada saja di belakangku.
Sesaat ketika aku menerima dan menandatangani resi telegram itu. Gemetar kaki
Ompi mendukung tubuhnya yang kisut. Tangannya berpegang pada sandaran kursi.
Dan aku kehilangan kepercayaan pada pandangan mataku sendiri. Kekuatan apakah
yang menyebabkan Ompi bisa berdiri dan bahkan berjalan itu. Aku tak tahu.
"Bukalah. Bacakan segera isinya." Ompi berkata seperti ia memerintah
orang-orang di waktu mudanya dulu. Aku sobek sampul yang kuning muda itu dengan
tangan yang menggigil. Sekilas saja tahulah aku, bahwa saat yang paling kritis
sudah sampai di puncaknya. Indra Budiman dikabarkan sudah meninggal.
"Telegram dari anakku? Apa katanya? Pulanglah dia membawa titel
dokternya?" Ompi bertanya dengan suara yang mendesis tapi terburu-buru
berdesakan keluar. Tak tahulah aku, apa yang harus kukatakan. Dan kuharapkan
sebuah keajaiban yang diberikan Tuhan untuk membebaskan aku dari siksa ini.
Tapi keajaiban tidak juga datang. Aku mengangguk. Sedang dalam hatiku
berteriak, terjadilah apa yang akan terjadi. Ompi terduduk di kursi. Matanya
cemerlang memandang. Tangannya diulurkannya kepadaku meminta telegram itu. Aku
merasa ngeri memberikannya. Tapi aku tak bisa berbuat lain. Telegram itu
kusodorkan ke tangannya. Telegram itu digenggamnya erat.
Lalu didekapkan ke dadanya. "Datang juga
apa yang kunantikan," katanya. Sepi begitu menekan, sehingga aku dapat
mendengar denyut jantungku sendiri. "Ah, tidak. Aku takkan membaca
telegram ini. Aku takut kegembiraanku akan
meledakkan hatiku. Kaubacakan buatku. Bacakan
pelan-pelan. Biar sepatah demi sepatah bisa menjalari segala saraf
sarafku," kata Ompi dengan terputus-putus. Dalam kegugupan kususun sebuah
taruhan jiwa dan sesalam bagi selama hidupku. Akan kukarang kisah yang
menyenangkan hatinya. Tapi telegram itu tak diberikannya padaku. Masih terletak
pada dekapan dadanya.
Sedangkan bibirnya membariskan senyum, serta
matanya menyinarkan cahaya yang cemerlang."Tak usah dibacakan. Takkan
sanggup aku mendengarnya. Aku akan mati lemas oleh kebahagiaan yang datang
bergulung ini. Aku mau sehat. Mau kuat dulu.Sehingga ledakan kegembiraan ini
tak membunuhku. Panggilkan dokter. Panggilkan. Biar aku jadi segar bugar pada
waktu anakku, Dokter Indra Budiman, datang. Pergilah. Panggilkan dokter,"
kata Ompi dengan gembira. Dan telegram itu dibawa ke bibirnya. Diciumnya dengan
mesra. Lama diciumnya seraya matanya memicing. Selama tangannya sampai terkulai
dan matanya terbuka setelah kehilangan cahaya. Dan telegram itu jatuh dan
terkapar di pangkuannya.
BAB 3. PENUTUP
KESIMPULAN
Dengan makalah ini penulis menyimpulkan bahwa
cerpen
adalah cerita pendek yang di baca hanya dalam 10 menit, dan cerpen memiliki
beragam jenis. Selain itu penulis juga menyimpulkan bahwa Cerpen memiliki unsur
intrinsik dan unsur ektrinsik yang membangun cerpen.
SARAN
Dalam pembuatan cerpen yang baik dan benar
harus memperhatikan unsur – unsur serta jenisnya. Agar pembaca dapat
menafsirkan isi yang terkandung dalam cerpen.
Demikian makalah yang telah penulis buat.
Jika ada salah kata maupun tulisan, saya minta maaf. Semoga dengan makalah ini
para pembaca mendapatkan banyak manfaat.
DAFTAR PUSTAKA
KERANGKA MAKALAH
Kata Pengatar
Daftar Isi
BAB 1. PENDAHULUAN
§ Tujuan
§ Latar
belakang
§ Rumusan
masalah
BAB 2. ISI
§ Pengertian
cerpen
§ Jenis jenis
cerpen
§ Aliran aliran
cerpen
§ Ciri ciri
cerpen
§ Unsur unsur
cerpen
§ Contoh cerpen
BAB 3. PENUTUP
§ Kesimpulan
§ Saran
§ Daftar
pustaka